Minggu, 07 Oktober 2012

Tentang Puisi Gelambir Senja

Aku, nama aku Vozza. Lengkapnya Ezanda Vozza Diah Pitaloka. Aku tinggal dengan ayah dan ibuku di sebuah desa kecil di provisi Lampung.Umurku sudah 20 tahun. Aku cinta hari-hariku selama ini, sangat cinta walau hari-hariku tida
k akan lama lagi.Yang sangat aku cinta saat ini adalah kedua orang tuaku. Mereka yang tau akan aku saat ini, baik tentang aku yang tengah menderita Leukimia dan tentang orang yang paling aku kasihi, Peggy Nur Wahyu Pratama. Hari-hariku semakin indah saat hadirnya insan dengan mata teduh yang melindunngiku dari  terik matahari.Peggy berumur 21 tahun, ia tinggal di pulau Kalimantan seorang diri. Pendidikan yang aku tempuh saat ini ialah menjalani pendidikan di suatu universitas di Lampung. Aku dan Peggy menjalin kasih kami sejak mulainya masa-masa SMA ku.

Aku dapat dikatakan wanita sabar dan seorang pemimpi ulung. Apa yang membuatku dijjuluki seperti itu? Yaa, itu karena aku masih menunggu sosok Peggy yang meninggalkan aku karena ia harus menempuh pendidikannya di Kalimantan. Ia Pergi setelah lepasnya ia dari hangat peluknya masa SMA .

Dulu aku dan Peggy, selalu menunggu terbenamnya matahari di sebuah pantai di Lampung, sangat indah mengenang masa-masa itu. Peggy pernah berkata "aku pergi saat ini untuk kamu, untuk merenggut kamu dari kesendirian kamu. Saat kamu rindu, datanglah ke pantai ini, dan ceritakan rasa rindumu, agar aku terpanggil dan memelukmu dalam mimpi malammu. Nantilah aku dengan bersaksikan Gelambir senja yang selama ini menemani langkah kita. Jangan berpaling, karena aku pasti akan kebali". Saat indah aku mengingat kata-katanya. aku sangat mencintainya, dan tak ingin berpaling dari sosoknya yang teduh.

Kata dokter, penyakitku sudah semakin parah.Aku tak peduli, aku tak ingin membawa berita seburuk ini pada orang tuaku. Terlebih aku anak tunggal. Peggy pun tak mengetahui tentang ini. Bagaimana berita ini bisa sampai jika aku dan Peggy suddah LostContac. Hingga saat ini, aku masih menunngu Peggy setiap harinya di pantai itu untuk sekedar memandang saksi cintaku. Entah sudah berapa tahun dan berapa kali aku sudah menunggu di pantai itu,berita tentang Peggy jua tak pernah dibawa angin lalu. Hingga aku rasa ini hari terahirku meunggu.Aku merasa sudah terlalu lelah dan sakit. Senja ini, aku datang menuju saksi cintaku membawa kertas,pena dan sebongkah harapan. Sambil menunggu mentari terbenam, aku menuliskan puisi cintaku untuk sang mata teduh di Kalimantan.
Berharap sang saksi cintaku akan enyaksikan teguhnya aku, aku duduk di pasir pantai yang mulai geerlap saat itu,kuarungi kesedihanku dan kumemorikan dalam selembar kertas yang berkaca pada tangisku. Aku hanya menuliskan harapanku agar Peggy lekas kembali.Kata demi kata dan menit dei menit menanti akhirku.Aku terbatuk-batuk dan pandanganku mulai kabur.Dengan pengharapan pasti, kata-kata cintaku telah tertulis dalam kertas penuh darahku.Kata-kata itu berbentuk puisi.Yang berjudul "Gelambir Senja". Aku merasa pandanganku semakin gelap.Aku tau ini akhir dari segalanya.Ibu,Ayah aku harus pergi mendahului kalian.Peggy, mungkin aku akan menantimu kembali dilain hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar